Terbang di Atas Langit Indonesia Disebut Berbahaya, Gara-gara Radio Dangdut Nelayan?
beritaterkini99 – Terbang di atas langit Indonesia ternyata menjadi tantangan tersendiri bagi para pilot.
Bukan hanya cuaca yang jadi faktor penyebabnya, tapi ada pula hal yang cukup unik yang hanya bisa ditemukan saat pilot menerbangkan pesawat di wilayah udara Indonesia.
Sejumlah pilot kerap mengeluhkan adanya frekuensi radio dari komunitas dan nelayan di lautan yang sering masuk ke dalam radio kontrol pesawat.
Mulai dari percakapan pribadi melalui HT (saluran radio pribadi), musik dangdut dan musik daerah lain kerap terdengar oleh pilot dan itu cukup mengganggu.
Apalagi saat pesawat terbang rendah dan akan mendarat di bandara, suara dari radio lokal itu makin terdengar.
Kebanyakan frekuensi radio lokal ini dipancarkan oleh nelayan dan rumah-rumah pribadi yang memasang antena radio untuk keperluan komunikasi menggunakan handy talky (HT).
Salah satu daerah yang paling banyak dikeluhkan adalah di sekitar Banyuwangi, tepatnya di Bandara Blimbingsari.
Dilansir dari beritaterkini99, setidaknya ada enam radio komunitas ilegal di sekitar bandara Blimbingsari yang mengganggu aktivitas penerbangan.
Frekuensi radionya sebenarnya tak bermasalah, tapi kadang masyarakat menggunakan alat pemancar yang tidak memenuhi syarat.
Untuk menindaklanjuti keluhan para pilot ini, pemerintah akan mengatur frekuensi radio yang digunakan para nelayan saat berkomunikasi di lautan.
Wakil Direktur Sumber Daya Perangkat Pos dan Informatika Kominfo, Sadjan membenarkan banyaknya keluhan dari pilot internasional terkait gangguan suara musik dangdut ini.
Kominfo selanjutnya akan berkoordinasi dengan Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk melakukan pembenahan.
Namun hingga saat ini, mereka belum memiliki data mendetail mengenai berapa banyak saluran radio yang digunakan oleh nelayan.
Selain untuk keselamatan penerbangan di Indonesia, pengaturan frekuensi ini juga penting untuk hubungan antar negara.
Jangan sampai pilot internasional merasa resah dan menolak terbang di kawasan udara Indonesia karena gangguan ini.
Pemerintah juga mengimbau masyarakat untuk tidak menggunakan alat penguat sinyal (repeater) dan jammer yang saat ini diperdagangkan secara bebas.