Makna di Balik Surat Ratna ke Prabowo: Emosional dan Insecure
beritaterkini99 – Setelah mengaku berbohong, Ratna Sarumpaet kini berstatus tersangka dan dicekal ke luar negeri oleh polisi. Bersamaan dengan pengungkapan kebohongannya ke publik, Ratna juga mengirim surat permohonan maaf untuk capres nomor urut 02 Prabowo Subianto.
detikcom mendapatkan gambar surat tersebut pada Rabu, 3 Oktober 2018, yang kemudian dibenarkan oleh jubir Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga Uno, Dahnil Anzar Simanjuntak. Surat tersebut ditulis tangan pada 2 lembar kertas putih yang di bawahnya dibubuhi tanda tangan bertulisan ‘Ratna Sarumpaet’.
“Semua tulisan tangan setiap orang berbeda dan tidak ada satu orang pun yang mampu menirukan tulisan tangan orang lain,” kata grafolog Deborah Dewi kepada beritaterkini99, Jumat (5/10/2018).
beritaterkini99 meminta Deborah menganalisis makna guratan tulisan tangan Ratna. Deborah adalah ahli grafologi yang telah memenuhi Standard Competence EC-0293 sebagai Graphologist Expert dan tervalidasi oleh Apostille The Hague Convention.
Foto: dok. Istimewa
|
Foto: dok. Istimewa
|
“Dilihat dari sudut pandang neuropsikologis menegaskan bahwa setiap coretan maupun tulisan tangan setiap orang adalah medium yang akurat ketika digunakan sebagai tolok ukur identitas penulisnya,” tutur Deborah.
Hal tersebut, kata Deborah, membuat tanda tangan hingga saat ini masih jadi alat validasi resmi di seluruh dunia. Meski saat ini sudah dikembangkan alat validasi lainnya, seperti sidik jari dan pemindai retina.
“Kumpulan beberapa indikator grafis di balik tulisan tangan Ratna Sarumpaet di antaranya weak picture of space, disturbed picture of movement, elaborate picture of form, double loop, very strong pressure, very long T-bar, left tending, final stroke below the baseline pun menunjukkan informasi menarik terkait identitas diri beliau,” papar Deborah.
Foto: Istimewa (diolah Deborah Dewi)
|
Dia memotong beberapa tulisan tangan Ratna sebagai ilustrasi dalam analisisnya. Potongan-potongan itu diberi tanda oleh Deborah, yang menunjukkan indikator grafis.
“Kesan kuat yang terangkum dari analisa kumpulan indikator grafis tersebut adalah sosok yang sangat emosional, sering merasa tidak aman, dan sekaligus tertutup,” kata Deborah.
Berdasarkan analisis Deborah, sosok yang membuat tulisan tangan tersebut tidak biasa membuat surat terbuka ke publik. Surat tersebut sebetulnya memang bukanlah surat terbuka. Tulisan itu dikirimkan oleh Ratna kepada Prabowo melalui perantara, kata Dahnil Anzar sebelumnya.
Si penulis, kata Deborah, akan dengan mudah menulis surat terbuka apabila mendapat jaminan rasa aman. Terdapat kesan bahwa si penulis surat itu seakan merasa terdesak.
“Meskipun sering kali proses pembuatan keputusan yang dilakukannya didorong oleh rasa tidak aman (insecure) namun dengan tingkat agresivitas yang tinggi. Pemilik tulisan tangan tersebut tidak segan untuk melakukan agresinya jika yang bersangkutan merasa terdesak. Saya garisbawahi kata ‘merasa’, karena situasi terdesak tersebut juga belum tentu benar-benar terjadi. Ada perbedaan antara fakta dan asumsi,” papar Deborah.
Apakah Ratna menulis surat itu dengan tulus atau tidak, Deborah tak mengungkapkannya. Dia menyimpulkan surat itu dibuat agar si penulis merasa aman.
“Analisa saya berdasarkan relevansi antara karakter subjek terhadap situasi yang ada mengerucut kepada sebuah kesimpulan bahwa terkait tulus atau tidaknya surat permintaan tersebut dibuat, pada dasarnya semua ini dilakukan untuk memberikan rasa aman kepada penulisnya,” pungkas Deborah.