Fashion 

Kemewahan Desain Dinasti Qing dan Era Regency di Koleksi Terbaru Adrian Gan

Beritaterkini99- Desainer kenamaan Tanah Air, Adrian Gan, kembali mempersembahkan koleksi terbaru dengan mengusung tema “ConQuerence”. Setiap penggalan kata dalam tema ini mempunyai makna tersendiri, yakni Contradiction, Qing Dynasty, serta Romance.

Adrian Gan memamerkan karya cheongsam teranyar dalam fashion show bertajuk Adrian Gan Couture Show yang diselenggarakan di Hotel Mulia Senayan, Jakarta pada Rabu, 3 April 2019. Sebanyak 40 koleksi ia suguhkan dengan perpaduan desain dua era, Dinasti Qing dan Era Regency.

“Saya menyatukan dua elemen dari Dinasti Qing dan Era Regency. Keduanya punya kesamaan, di era ini dibalut kemewahan, itu terlihat dari cara mereka berbusana, busana dengan detail, dan sulaman,” kata Adrian Gan di Hotel Mulia Senayan, Jakarta, Rabu, 3 April 2019.

Kombinasi desain ini merupakan refleksi dari prinsip desain East meets West yang selalu dipegang sang desainer. Hal tersebut hadir dari nuansa desain Dinasti Qing dari China dan Era Regency dari Eropa.

“Siluet Regency itu ada spencer jacket, tulle lembut yang feminin dan romantik. Ada juga bahan-bahan mewah seperti velvet jacquard, sulaman dari benang-benang emas, siluet jubah-jubah era Dinasti Qing,” tambahnya.

Selain itu, Adrian berusaha mempersembahkan cheongsam dalam ragam siluet, warna, motif, juga pengolahan material. Koleksi ConQuerence hadir dengan warna putih ivory vintage, colorful, hingga palet monokromatik.

Ada pula pemakaian lace antik, serta renda baru juga tua yang digabungkan dalam busana. Menariknya, Adrian juga mencoba mengolah bahan mole yang biasa digunakan untuk suit pria dibuat menjadi dress. Soal motif, ia pun memberikan kesan yang lebih fun dan lucu.

“Motif dari paper cut sangat terkenal di China, motif saya pilih lebih muda, motif wayang kertas, karakter-karakter beberapa bahan-bahan vintage Jepang penuh sulaman, dan elemen lace jacquard,” jelas Adrian Gan.

2 dari 2 halaman

Nuansa Vintage dan Kompleksitas Embroidery

Dominasi embroidery juga tampak dalam koleksi yang dibuat mengalir pada baju malam. Sebagai suguhan penutup, Adrian Gan memamerkan busana pengantin yang digarap dari kain vintage.

“Jubah dapat dari market di Paris. Bahan dasar sudah rapuh, saya ambil sulaman dan replace yang baru. Tulle-nya juga sudah berusia 100 tahun lebih, bekas gorden saya ambil yang masih bagus untuk bagian dalam,” tuturnya.

Adrian mengakui bahwa proses pengerjaan ke-40 koleksi terbaru ini memakan waktu setengah tahun. Bukan tanpa alasan, embroidery memang tidak dapat dibuat instan. “Saya harus mencari motif dan mencoba menggabungkan untuk desain pattern, baru coba warna di bagian yang embroidery,” tambah Adrian.

Ada fakta lain di balik pengerjaan embroidery dalam koleksi terbaru Adrian. “Saya senang karena biasanya sulaman saya kirim ke India. Namun, karena sekarang agak sulit export dan ternyata orang lokal pun punya kualitas yang luar biasa. Walau challenging, saya excited banget,” katanya penuh semangat.

Kesan antik dan mewah kental dalam deretan busana ConQuerence. Hal tersebut dilandasi dari ketertarikan Adrian Gan pada barang-barang vintage dan terinspirasi dari kain-kain tua.

Related posts