Heboh Susu UHT Berbakteri Patogen di Maros, Produsen Bereaksi
beritaterkini99 – Kabar produk susu kotak mengandung bakteri menghebohkan jagad maya di Maros, Sulawesi Selatan. Informasi itu berasal dari sebaran surat bernomor 424/24.2126/DPKH bertanggal 23 Agustus 2018 terkait hasil uji laboratorium di Balai Besar Veteriner (BBVet) Kabupaten Maros.
Dari hasil uji pada 2 Agustus 2018, pengambilan sampel Susu UHT Full Cream itu mengandung bakteri. Sampel susu UHT tersebut diambil dari sebuah minimarket, Jalan Jenderal Sudirman, Kecamatan Sinjai Utara, pada Minggu, 22 Juni 2018. Hasil ujinya, susu itu dinyatakan positif mengandung bakteri Streptococcus sp.
“Hal ini berarti bahwa kandungan mikroorganisme patogen pada susu tersebut dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada konsumen,” demikian tertulis pada surat yang ditandatangani oleh Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Sinjai, Aminuddin Zainuddin.
Dalam surat itu, ditegaskan juga bahwa pimpinan toko tersebut diminta untuk mengkomunikasikan dengan pihak perusahaan mengenai kualitas produk olahan susu yang dipasarkan. Mereka juga diminta untuk memperhatikan dengan seksama produk olahan susu sebelum dipasarkan, baik dari segi kemasan maupun tanggal kedaluwarsanya.
Kepada beritaterkini99, Selasa, 28 Agustus 2018, Penjabat Bupati Sinjai, Jufri Rahman, membenarkan temuan susu yang mengandung bakteri Streptococcus tersebut. Namun, menurut dia, itu hanya positif pada sampel susu yang diuji saja. Tidak bisa digeneralisasi pada seluruh produk, termasuk di seluruh Sinjai.
Jufri menjelaskan, pengujian tersebut dilakukan setelah seorang pegawai Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) membeli tiga kotak susu UHT di Sinjai. Tetapi saat meminum susu ketiga, rasanya terasa masam.
“Dua kotak yang dia minum itu aman. Tidak ada masalah. Tapi pas minum yang ketiga, rasanya agak asam, makanya langsung diuji di laboratorium dan ternyata hasilnya positif mengandung Streptococcus,” ungkap Jufri. Ada kemungkinan, satu produk itu rusak karena dua lainnya tidak ada masalah.
Ia menyatakan, susu UHT sangat sensitif dalam proses penyimpanan. Jika rusak sedikit saja, bisa mempengaruhi kualitas produk. Meski saat proses pasteurisasi bakteri mati oleh suhu panas hasil pengolahannya, bakteri bisa muncul jika kemasan susu rusak.
Pasca-temuan tersebut katanya, tim dari BPOM Makassar langsung bergerak ke Sinjai untuk mengambil sampel susu lainnya dan diuji di laboratorium. Hal itu dilakukan untuk memastikan apakah ada produk lain yang mengandung bakteri Streptococcus atau tidak.
“Sementara dilakukan uji laboratorium pas kemarin diambil susu sampel yang diuji itu. Kita tunggu hasil penelitian lanjutan dari sana seperti apa,” katanya.
Pihaknya, sejauh ini telah berkoordinasi dengan pihak pimpinan utama minimarket di Sinjai. Tujuannya, untuk bersedia menarik produk susu tersebut dari pasaran dalam sementara waktu.
“Jadi, kita sudah koordinasikan itu ke mereka. Sampai ada hasil lanjut uji laboratorium dari Makassar, agar ditarik sementara dari toko-tokonya mereka. Tidak boleh dulu beredar sementara,” ujarnya.
Tanggapan Produsen
Terkait temuan tersebut, Public Relation Manager PT Ultrajaya Milk Industri, Azwar Thahier mengatakan manajemen PT. Ultrajaya Milk Industry, sedang berkoordinasi dengan kantor Dinas dan Balai Besar Veteriner tersebut. Mereka hendak mendapatkan informasi yang lebih lengkap, seperti kode produksi dan kedaluwarsa sampel yang dianalisa serta kondisi kemasan atau produk tersebut.
Pengumpulan fakta di lapangan ini, menurutnya, sangat penting untuk membantu memastikan penyebab susu terkontaminasi bakteri tersebut.
“Kami sedang menganalisa sampel dan BPOM juga menganalisa sampel dengan kode yang sama. Hasil penelusuran dengan dinas terkait di Sinjai, karyawan dinas membeli tiga dan menemukan satu pak terasa pahit,” kata Azwar saat dihubungi JawaPos.com, Selasa, 28 Agustus 2018.
Menurut Azwar, jika bakteri Streptococcus masuk ke dalam tubuh manusia, maka akan menimbulkan gangguan pada kondisi tubuh. Di antaranya, rasa mual hingga muntah-muntah.
“Disarankan jika (terkonsumsi) segera minum air hangat atau teh pahit agar gejala berkurang. Pada kasus berat, bisa menyebabkan diare juga,” ujarnya.
Ia menerangkan, seluruh produk PT Ultrajaya, termasuk Ultra Milk Full Cream, diproses dengan teknologi UHT yaitu pemasanan dengan suhu 140 derajat Celsius selama 4 detik untuk mematikan semua bakteri yang terdapat dalam produk tersebut.
Selain itu, produk dibungkus dengan kemasan steril (aseptik) enam lapis untuk menghindari kontaminasi dari luar. “Kemasan rusak yang sudah terkontaminasi bakteri udara luar menyebabkan produk terasa asam, pahit, atau menggumpal serta biasanya disertai kemasan terlihat kembung,” ucapnya.