Jurus BI Hadapi Rupiah Tembus 15.100 per Dolar AS
beritaterkini99- Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hingga di atas level 15 ribu dalam dua hari ini. Angka ini jauh melampaui target pemerintah pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018 sebesar Rp 13.400 per USD.
Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, menyatakan pihaknya akan terus berkomitmen untuk mengendalikan depresiasi nilai tukar rupiah. Salah satunya dengan melakukan penetrasi di pasar valuta asing (valas).
“Satu, kita terus berada di pasar tidak hanya memantau tapi langkah-langkah stabilisasi yang diperlukan sesuai dengan mekanisme pasar. Menjaga agar suplai demand bergerak secara baik di pasar valas,” kata Perry saat ditemui di Komples Masjid BI, Jakarta, Jumat (5/10/2018).
Kemudian, langkah kedua, BI juga terus berkoordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan di Indonesia.
“Kedua tentu saja berkomuniaksi dengan para pelaku dengan perbankan, sektor riil termasuk komunkaksi dengan eksportir maupun para importir kalangan pengusaha. Sejauh ini suplai demand berjalan baik. Apresiasi kepasa pengusaha yang sama-sama menyuplai valasnya juga perbankan menjaga mekanisme pasar,” kata Perry.
Selanjutnya, instrumen kebijakan BI baru mengenai transaksi pasar Non Deliverable Forward (DNDF) di dalam negeri atau Domestic Non Deliverable Forward (DNDF) yang diluncurkan seminggu lalu. Ini diharapkan untuk mendukung stabilitas nilai tukar rupiah.
“Tiga tentu saja mempercepat persiapan teknis berlakunya domestik NDF. Secara ketentuan sudah berlaku tetapi teknis operasional perlu ada persiapannya,” ujar dia.
Terakhir, kata Perry, dengan mendorong beberapa kebijakan yang telah dikeluarkan pemerintah untuk mengendalikan defisit transaksi berjalan.
“Koordinasi dengan Bapak Menko (Darmin Nasution) lbu Menkeu (Sri Mulyani Indrawati, Ketua OJK (Wimboh) terus diperkuat langkah lanjutan penurunan defisit. Tentu sjaa pada waktunya akan kita komunikasikan,” ujar dia.
Berdasarkan data kurs tengah Bank Indonesia atau Jisdor, Jumat, 5 Oktober 2018, nilai tukar rupiah sentuh posisi 14.182 per dolar AS. Rupiah melemah dari posisi kemarin di 15.133 per dolar AS.
Pelemahan Rupiah Tak Ganggu Iklim Investasi
Sebelumnya, Perhimpunan Bank Umum Nasional (Perbanas) memastikan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tidak akan berpengaruh kepada iklim investasi dalam negeri.
Ketua Perbanas Kartika Wirjoatmodjo mengatakan, pelemahan nilai tukar rupiah yang terjadi saat ini dinilainya akibat dampak eksternal. Namun demikian persoalan tersebut tidak akan berdampak sistemis terhadap perekonomian nasional.
Pria yang sering dipanggil Tiko ini melanjutkan, pelemahan nilai tukar rupiah tersebut sebenarnya memiliki sisi positif bagi Indonesia. Ia mencontohkan dari penjualan komoditas CPO (Crude Palm Oil) dan batu bara bisa meningkat harganya.
“Sisi yang harus kita mitigasi adalah open position. Nah, kami di Perbanas berusaha untuk menjaga usaha kredit perbankan tidak terpengaruh dengan peningkatan kurs dolarini, dengan cara memastikan nasabah yang memiliki kredit dengan valuta asing, harus memiliki national hedge atau internal hedging,” ujar dia di Jakarta, Jumat, 5 Oktober 2018.
Selain itu, Perbanas selalu meyakinkan kepada nasabah maupun anggotanya yang bergerak di usaha ekspor mempunyai national hedge. “Sehingga pelemahan dari sisi garansi ini tidak mempunyai dampak kepada kredit di perbankan,” kata dia.
Lebih lanjut, untuk meyakinkan para investor agar tidak menarik investasinya di Indonesia, Perbanas berharap defisit di akhir tahun ini akan menyempit, tidak malah melebar atau naik.
“Indonesia termasuk yang defisitnya masuk di angka 2 sampai 2,5 persen jadi memang ada peningkatan di bulan Juni. Tetapi di akhir tahun ini diharapkan menurun. Selain itu, fiskal defisit kondisinya baik. Tahun ini pendapatan pemerintah meningkat yang diharapkan dari neraca pemerintah defisit fiskal menurun di bawah 2 persen,” kata dia.
“Dari sisi perbankan NPL-nya menuju 2,7 persen dan pertumbuhan kreditnya meningkat ke level 13 persen momentum pertumbuhannya ada,” ucap Tiko.
Dia juga memastikan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tidak akan berdampak terhadap ekonomi secara signifikan. Hal itu terlihat dengan geliat perusahaan yang mempunyai pendapatan dalam dolar AS.
“Seperti eksportir sawit, ekspor batu bara, minyak sekarang malah provitnya naik karena mereka jualnya di dolar sehingga mereka padahal biayanya di rupiah, jadi banyak juga perusahaan yang mendapatkan benefit,” kata dia.
Namun, menurut Kartika, yang perlu tetap jaga adalah impor yang menggunakan dolar, tetapi jual dalam bentuk rupiah seperti perusahaan di fast moving consumer goods (FMCG). Perusahaan jenis ini harus melakukan hedging untuk mengurangi risiko akibat pelemahan rupiah.
“Nah, ini yang kita bersama-sama dengan BI memfasilitasi supaya nanti perusahaaan ini jika mempunyai eksposur yang harus dibayar dimasa depan harus masuk hedging. Untuk itu Perbanas bersama BI mendukung sekali adanya nondelivery forward. Sehingga instrumen-instrumen hedging oleh investor dapat digunakan bila membutuhkan dolar ke depannya,” tandas dia.