Arab Saudi Akan Gali Kanal untuk Ubah Qatar Jadi Pulau?
berittaerkini99- Meski bertetangga dan berbagi perbatasan darat, hubungan Arab Saudi dan Qatar sama sekali tak mesra.
Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain dan Mesir bahkan memutuskan hubungan diplomatik dan perdagangan dengan Qatar pada Juni 2017. Alasannya, negara itu dianggap mendukung terorisme dan terlalu dekat dengan saingan berat Riyadh, Iran. Pihak Doha membantah tudingan tersebut.
Belakangan, seorang pejabat Arab Saudi mengisyaratkan bahwa pihaknya berencana untuk menggali sebuah kanal yang akan mengubah Qatar –yang berada di semenanjung kecil– menjadi sebuah pulau.
“Saya tidak sabar menunggu rincian tentang pelaksanaan proyek pulau Salwa, proyek bersejarah besar yang akan mengubah geografi kawasan itu,” kata Saud al-Qahtani, penasihat senior Putra Mahkota Mohammed bin Salman dalam akun Twitternya, seperti dikutip dari The Guardian, Sabtu (1/9/2018).
Rencana tersebut, yang secara fisik akan memisahkan Qatar dari daratan Arab Saudi, adalah titik tegang terbaru dalam perselisihan selama 14 bulan antara kedua negara.
Sebelumnya, pada April 2018, situs berita pro-pemerintah Arab Saudi, Sabq melaporkan bahwa pihak Riyadh berencana membangun kanal sepanjang 60 km dan lebar 200 meter, yang membentang melintasi perbatasan darat dua negara.
Sebagian kanal tersebut, yang akan menelan biaya 2,8 miliar riyal atau US$ 750 juta, akan difungsikan sebagai fasilitas limbah nuklir.
Lima perusahaan yang punya spesifikasi menggali kanal, yang nama-namanya tak disebutkan, diundang untuk mengajukan tender. Surat kabar Makkah melaporan, pemenangnya akan diumumkan September depan.
Sejauh ini belum ada komentar dari pihak pemerintah Arab Saudi, pun dengan kubu Qatar.
Setelah perselisihan terjadi tahun lalu, satu-satunya perbatasan darat Qatar, yang bersebelahan dengan Arab Saudi ditutup.
Maskapai milik negara tersebut juga dilarang terbang di wilayah udara mirip tetangganya, sementara sejumlah warga Qatar diusir dari negara-negara yang menyatakan boikot.
Upaya mediasi yang dipimpin oleh Kuwait dan AS gagal untuk menyelesaikan perselisihan.
Amerika Serikat berkepentingan untuk mengakurkan Arab Saudi dan Qatar, terutama karena pangkalan militer terbesarnya di Timur Tengah berada di wilayah kekuasan Doha.
Aksi Boikot Qatar
Krisis Teluk dimulai pada Juni 2017, ketika Arab Saudi, Bahrain, Uni Emirat Arab, dan Mesir memutus hubungan diplomatik dan perdagangan dengan Qatar.
Langkah tersebut diambil Arab Saudi dan sekutunya setelah menuding Qatar mendukung terorisme, merapat ke Iran, dan menyambut baik para pembangkang di wilayahnya.
Pemutusan hubungan diplomatik dan perdagangan disusul dengan blokade wilayah darat, laut, dan udara terhadap Qatar.
Dan selama itu pula, Qatar telah menghabiskan jutaan dolar untuk meraih dukungan Washington dan upaya ini memuncak ketika Emir Qatar Tamim bin Hamad al-Thani melawat ke Amerika Serikat. Setelah pertemuan antar pemimpin kedua negara, barulah Donald Trump menyatakan dukungan yang kuat bagi Qatar.